0

PERANAN EKSEKUTIF DALAM MENGARAHKAN PERUSAHAAN MELALUI PERSAINGAN DALAM PERENCANAAN JANGKA PANJANG

KATA PENGANTAR

Allhamdulilah dengan terselesaikan nya makalah ini  penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka memenuhi tugas softskill dalam mata kuliah Sistem Informasi Menejemen yang diberi judul “  PERANAN EKSEKUTIF DALAM MENGARAHKAN PERUSAHAAN MELALUI PERSAINGAN DALAM PERENCANAAN JANGKA PANJANG”.

Makalah ini mencoba membahas secara singkat tentang peranan eksekutif dalam mengarahakan perusahaan melalui persaingan dalam perencanaan jangka panjang , yang pada saat ini perlu diketahui oleh para pelaku bisnis maupun bagi mereka yang ingin terlibat di dalamnya. Bermula dari penggunaan berbagai strategi dalam dunia bisnis yang mencerminkan keinginan para pelaku bisnis untuk melakukan peranan eksekutif perusahaan dalam perencanaan  jangka panjang yang lebih terarah dan canggih. Peranan eksekutif pada prinsipnya adalah suatu metode berpikir yang lebih strategik dalam menghadapi persoalan/masalah yang memerlukan penyelesaian terbaik. Makalah ini juga dilengkapi dengan berbagai manfaat yang diperoleh dari penerapan manajemen strategi.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran-saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah atau karya tulis penulis selanjutnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, khusus bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Amin.

                                                                                                                                                                                   Bogor,19 Oktober 2013

                                                                                                                                                                                                Penulis

 

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.. 3

A.          Latar Belakang. 3

C.            Tujuan Makalah. 4

D.           Kegunaan Makalah. 4

BAB  II PEMBAHASAN.. 5

A.     Tugas Eksekutif dan Pebisnis. 5

B.      Pengertian Perencanaan Strategis. 6

C.      Karakteristik dari Perencanaan Strategis. 6

D.     Hubungan dengan formulasi strategi 6

E.      Evolusi dari Perencanaan strategis. 6

G.     Manfaat dan Keterbatasan dari Perencanaan Strategis. 7

H.     Proses Perencanaan Strategis. 8

I.       Menganalisis Program-program baru yang diusulkan. 9

J.       Analisis Investasi Modal 9

K.      Menganalisis Program-program yang sedang berjalan. 10

BAB III 16

PERUMUSAN MASALAH.. 16

Perumusan masalah. 16

Analisis atau evaluasi 16

Tahapan Model I/O.. 20

Tahapan Model Resource-Based. 20

Model Gerilya. 21

BAB IV.. 22

KESIMPULAN.. 22

DAFTAR PUSTAKA.. 23

BAB I PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis beberapa tahun ini sangatlah cepat dan membuat pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus bekerja keras agar keberadaanya tetap diakui oleh pelanggan mereka.

Dalam usahanya menuju perusahaan yang kuat, para pengambilan keputusan (Chief Executif Officer) didalam perusahaan diwajibkan untuk merubah cara berfikir hanya untuk mencari keuntungan semata, saat ini mereka harus berfikir secara strategik karena seperti dikatakan oleh jendral Karl von Clausewitz pada tahun 1831 dalam bukunya “On War”, bahwa bisnis adalah sebuah peperangan.

Berfikir strategik juga sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah strategik yang timbul seiring dengan berkembangnya perusahaan/organisasi untuk berfikir stategik perlu adanya peranan eksekutif dalam mengarahkan perusahaan melalui persaingan dalam perencanaan jangka panjang. Karakteristik dari masalah strategik di antaranya; berorientasi pada masa depan, biasanya berhubungan dengan unit bisnis yang sangat komplek, memerlukan perhatian dari manajemen puncak, akan mempengaruhi kemakmuran jangka panjang dari perusahaan, melibatkan pengalokasian sejumlah besar sumber-sumber daya perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa peranan eksekutif dalam mengarahkan perusahaan melalui persaingan dalam perencanaan jangka panjang, bagi perusahaan atau organisasi dipandang sangat urgent atau penting. Karena melihat peran dan manfaatnya bagi keberlangsungan dan keberhasilan perusahaan/organisasi yang harus menyesuaian dengan lingkungan yang penuh perkembangan dan perubahan serta kian pesatnya baik informasi maupun teknologi.

Maka, penulis tertarik untuk menulis makalah yang membahas mengenai peranan eksekutif dalam mengarahkan perusahaan melaui persaingan dalam perencanaan jangka panjang dan manfaat yang diperoleh bagi pihak yang terlibat didalamnya guna bisa memenangkan peperangan dalam persaingan bisnis. Sehingga, makalah ini penulis beri judul “PERANAN EKSEKUTIF DALAM MENGARAHKAN PERUSAHAAN MELALUI PERSAINGAN DALAM PERENCANAAN JANGKA PANJANG ”.

 

 

B.        Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.      Apa saja tugas eksekutif ?

2.    Apa yang dimaksud perencanaan strategis?

C.         Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1.      Penjelasan tentang tugas eksekutif perusahaan

2.      Pengertian dan penjelasan perencanaan strategis

D.         Kegunaan Makalah

Penulisan makalah ini disusun dengan harapan penambahan wawasan dan pengetahuan keilmuan mengenaiperanan eksekutif dalam mengarahkan perusahaan melaui persaingan dalam perencanaan jangka panjang . Serta dari sudut implementasi, makalah ini dapat berguna bagi para pelaku bisnis atau yang terlibat didalamnya dalam proses pembuatan keputusan yang strategik dalam rangka pencapaian tujuan dan keberhasilan perusahaan/organisasi.

BAB  II PEMBAHASAN

A.    Tugas Eksekutif dan Pebisnis

Tugas para eksekutif dan pemilik perusahaan dalam menjalankan bisnisnya agar lebih baik ke depannya adalah :

  1. Mengelola SDM, dimana seorang pebisnis dapat menyelesaikan segala      sesuatu melalui orang lain atau bagaimana mempengaruhi orang lain ( SDM )      agar dapat melaksanakan apa yang diperintahkan.
  2. Membuat keputusan tentang sumber daya dan      operasi, bagaimana      mengelola sumber daya-sumber daya ekonomi dan mengelolanya menjadi lebih      baik, dan pertimbangan dengan kebijakan eksternal seperti aturan-aturan      dari Pemerintah.
  3. Mengelola keuangan dan pelaporannya, dimana setiap aktifitas      pemasukan atau pengeluaran, serta harta  serta hutang dan modal,      dibuat pelaporannya agar semuanya dapat termonitor dengan baik, sehingga      dapat di ketahui kerugian atau keuntungan suatu bisnis.
  4. Pengelolaan penjualan dan pemasaran,dimana kita ketahui penjualan      dan pemasaran produk merupakan urat nadi dalam perusahaan atau bisnis.      Tanpa kesuksesan penjualan atau pemasaran, maka perusahaan tidak akan      dapat mencapai tujuannya, yaitu laba.
  5. Mengarahkan bisnis ke depan, melakukan perencanaan strategis      yang merupakan piranti utama untuk pengelolaan aspek-aspek jangka panjang      dalam bisnis dan cara peningkatan produktifitas, perbaikan kualitas serta      pengelolaan informasi.

B.     Pengertian Perencanaan Strategis

Perencanaan strategis adalah proses memutuskan program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan ke setiap program selama beberapa tahun ke depan.

C.    Karakteristik dari Perencanaan Strategis

Manajer yang paling kompeten menghabiskan waktu yang cukup lama untuk memikirkan mengenai masa depan. Hasilnya mungkin berupa pemahaman informal mengenai arah masa depan yang akan diambil oleh entitas tersebut, atau mungkin juga berupa pernyataan formal yang berisi rencana spesifik mengenai bagaimana untuk sampai kea rah sana. Pernyataan formal dari rencana semacam itu disebut di sini sebagai rencana strategis, serta proses pembuatan dan revisi dari pernyataan ini disebut dengan perencanaan strategis (di tempat lain disebut dengan perencanaan dan pemrograman jangka panjang).

D.    Hubungan dengan formulasi strategi

Ditarik perbedaan antara dua proses manajemen, yaitu formulasi strategi dan perencanaan strategis. Karena “strategi” atau “strategis” digunakan dalam kedua istilah, maka ada kemungkinan timbul kebingungan. Perbedaannya adalah bahwa formulasi strategis merupakan proses untuk memutuskan strategi baru, sementara perencanaan strategis merupakan proses untuk memutuskan bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut. Dalam proses formulasi strategi, manajemen menentukan cita-cita organisasi dan menciptakan strategi-strategi utama untuk mencapai cita-cita tersebut. Proses perencanaan strategis kemudian mengambil cita-cita dan strategi yang telah ditentukan tersebut dan mengembangkan program-program yang akan melaksanakan strategi dan mencapai cita-cita tersebut secara efisien dan efektif.

E.     Evolusi dari Perencanaan strategis

Lima puluh tahun yang lalu, proses perencanaan strategis di hampir semua organisasi adalah tidak sistematis. Jika manajemen memikirkan perencanaan jangka panjang, hal tersebut tidak dilakukan dengan cara yang terkoordinasi. Beberapa perusahaan memulai sistem perencanaan strategis formal di akhir tahun 1950-an, akan tetapi hampir semua usaha-usaha awal tersebut merupakan kegagalan, karena merupakan adaptasi minor dari sistem pembuatan anggaran yang ada.

 Data yang diperlukan jauh lebih terinci dari seharusnya; para staf dan bukannya manajemen lini yang melakukan hampir semua pekerjaan tersebut; dan para partisipan menghabiskan banyak waktu untuk mengisi formulir dan bukannya untuk memikirkan secara mendalam mengenai alternatif-alternatif dan memilih terbaik di antaranya. Dengan berjalannya waktu, manajemen mengambil pelajaran dari pengalaman mereka.

Saat ini banyak organisasi menghargai keunggulan dari pembuatan rencana untuk tiga atau lima tahun ke depan. Praktik menyatakan rencana tersebut dalam dokumen atau model formal adalah luas, tetapi bukan berarti diterima secara universal. Jumlah rincian umumnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan rencana strategis pada tahun 1950-an.

G.                Manfaat dan Keterbatasan dari Perencanaan Strategis

  1.  Kerangka Kerja untuk Pengembangan Anggaran

Suatu anggaran operasi memerlukan komitmen sumber daya untuk tahun mendatang. Oleh karena itu, adalah penting bahwa manajemen membuat komitmen sumber daya semacam itu dengan ide yang jelas mengenai ke mana arah organisasi untuk beberapa tahun ke depan. Suatu rencana strategis menyediakan kerangka kerja yang lebih luas tersebut. Dengan demikian, manfaat penting dari pembuatan suatu rencana strategis adalah bahwa rencana tersebut menfasilitasi formulasi dari anggaran yang efektif.

  1. Alat Pengembangan Manajemen

Perencanaan strategis formal adalah alat pendidikan dan pelatihan manajemen yang unggul dalam memperlengkapi para manajer dengan suatu pemikiran mengenai strategi dan implementasinya. Tidak berlebihan jika dikatakan bhwa dalam perencanaan strategis formal, prose situ sendiri adalah jauh lebih penting dibandingkan dengan output dari proses tersebut, yang merupakan dokumen rencana.

  1. Mekanisme untuk Memaksa manajemen memikirkan jangka panjang

Manajer cenderung untuk lebih khawatir mengenai masalah-masalah taktis dan pengelolaan urusan-urusan bisnis rutin saat ini dibandingkan mengenai penciptaan masa depan. Proses perencanaan strategis formal memaksa manajer untuk menyediakan waktu guna memikirkan masalah-masalah jangka panjang yang penting.

  1. Alat untuk Menyejajarkan Manajer dengan Strategi korporat

Debat, diskusi, dan negosiasi yang terjadi selama proses perencanaan mengklarifikasi strategi korporat, menyatukan dan menyejajarkan manajer dengan strategi semacam itu, dan mengungkapkan implikasi dari strategi korporat bagi manajer individual. Seperti yang akan ditunjukkan, keputusan program dibuat pada satu waktu, dan rencana strategis menyatukannya. Pembuatan rencana strategis mungkin mengungkapkan bahwa keputusan-keputusan individual tidak menciptakan suatu keseluruhan yang memuaskan. Keputusan strategis yang dipengaruhi oleh perencanaan bencana meliputi disperse geografis dari staf dan sumber daya, rencana kontinjensi untuk kehilangan dari seluruh fungsi bisnis, dan tingkat pendanaan untuk dana pemulihan akibat bencana dari korporat.

  1.       Proses Perencanaan Strategis

Strategi merupakan suatu kegiatan yang menentukan petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap pengalokasian sumber daya untuk memcapi sasaran jangka panjang organisasi. Dalam prakteknya pilihan strategi merupakan sesuatu yang kompleks dan tugas yang berisiko. Beberapa strategi organisasi diharapkan dapat menghadapi lingkungan yang kompetitif. Disini manajer merencanakan bauran kekuatan dan kelemahan organisasi dengan kesempatan dan ancaman di lingkungannya.Proses perencanaan strategis atau manajemen strategis merupakan proses penganggaran usaha perencanaan strategis dan menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga menjamin kesuksesan organisasi dalam jangka panjang.

I.                   Menganalisis Program-program baru yang diusulkan

Ide-ide untuk program baru dapat berasal dari mana pun dalam organisasi: dari CEO, dari staf perencanaan kantor pusat, atau dari berbagai bagian organisasi yang beroperasi. Misalnya, dalam 3M Corporation, ide untuk notes “Post-It” berasal dari bawah organisasi, bukan merupakan inisiatif dari CEO. Organisasi riset dan pengembangan diharapkan menghasilkan ide-ide untuk produk atau proses baru, organisasi pemasaran diharapkan menghasilkan inovasi pemasaran, dan organisasi teknik produksi diharapkan menghasilkan peralatan dan metode produksi yang lebih baik.Usulan-usulan untuk program pada intinya bersifat reaktif atau proaktif, yaitu muncul sebagai reaksi terhadap ancaman yang dirasakan, seperti kabar burung mengenai pengenalan produk baru oleh pesaing, atau sebagai inisiatif untuk mengkapitalisasi suatu kesempatan.

J.            Analisis Investasi Modal

Hampir semua usulan memerlukan modal baru yang signifikan. Teknik-teknik untuk menganalisis usulan investasi modal berusaha untuk menemukan (a) nilai sekarang bersih dari proyek tersebut, yaitu, kelebihan nilai sekarang dari estimasi arus kas masuk terhadap jumlah investai yang diperlukan, atau (b) tingkat pengembalian internal yang implisit dalam hubungan antara kas yang masuk dan keluar. Intinya adalah bahwa teknik-teknik ini digunakan hanya pada sekitar separuh situasi di mana secara konseptual, teknik-teknik ini dapat diterapkan. Paling tidak ada empat alasan untuk tidak menggunakan teknik nilai sekarang dalam menganalisis semua usulan.

  1. Usulan tersebut mungkin jelas menarik sehingga perhitungan dari nilai sekarang bersihnya tidak diperlukan. Mesin yang baru dikembangkan dan yang mengurangi biaya secara substansial sehingga akan memberikan pengembangan dalam satu tahun adalah salah-satu contohnya.
  2. Estimasi yang terlibat dalam usulan begitu tidak pasti sehingga membuat perhitungan nilai sekarang bersih dipercaya tidak sesuai dengan usahanya.
  3. Alasan untuk usulan tersebut adalah selain peningkatan dalam profitabilitas. Pendekatan nilai sekarang mengasumsikan bahwa “fungsi tujuan” adalah meningkatkan laba, tetapi banyak usulan investasi yang memperoleh persetujuan berdasarkan alasan bahwa usulan tersebut meningkatkan semangat karyawan, citra perusahaan, atau keselamatan kerja.
  4. Tidak ada alternative yang layak untuk diadopsi. Hukum lingkungan mungkin mengharuskan investasi dalam suatu program baru.

Di sini dijelaskan secara singkat beberapa pertimbangan yang berguna dalam mengimplementasikan sistem evaluasi pengeluaran modal.  Aturan-aturan. Perusahaan umumnya mempublikasikan aturan dan prosedur untuk persetujuan usulan pengeluaran modal dengan berbagai besaran. Usulan pengeluaran yang kecil dapat disetujui di tingkat manajer pabrik, bergantung pada total jumlah yang telah ditentukan dalam satu tahun, dan usulan yang lebih besar akan diteruskan ke manajer unit bisnis, lalu ke CEO, dan, dalam kasus usulan yang sangat penting, ke dewan direksi.

Menghindari Manipulasi. Para pengusul yang mengetahui bahwa proyek mereka dengan nilai sekarang bersih yang negative kemungkinan besar tidak akan disetujui, bisa saja “nekat” bahwa proyek tersebut harus diambil. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin membuat usulan tersebut menjadi menarik dengan cara menyesuaikan estimasi awal, sehingga proyek tersebut memenuhi kriteria numerik-mungkin dengan membuat estimasi yang optimistis atas pendapatan penjualan atau dengan mengurangi penyisihan untuk kontijensi dalam beberapa elemen biaya. Salah-satu tugas yang paling sulit dari analisis proyek adalah untuk mendeteksi manipulasi semacam itu.

K.                Menganalisis Program-program yang sedang berjalan

Selain mengembangkan program-program baru, banyak perusahaan memiliki cara yang sistematis untuk menganalisis program-program yang sedang berjalan. Beberapa teknik analitis dapat membantu dalam proses ini. Bagian ini menggambarkan analisis rantai nilai dan pertimbangan biaya berdasarkan aktivitas.

Analisis Rantai Nilai

Rantai nilai untuk perusahaan mana pun adalah sekelompok aktivitas yang menciptakan nilai dan saling berhubungan yang menjadi bagiannya, dari memperoleh bahan baku dasar untuk pemasok komponen sampai membuat produk akhir dan mengantarkannya ke pelanggan akhir. Dari perspektif perencanaan strategis, konsep rantai nilai menyoroti tiga bidang yang potensial

  1. Hubungan dengan pelanggan
  2. Hubungan proses di dalam rantai nilai dari perusahaan tersebut.
  3. Hubungan dengan Pemasok

Hubungan dengan pelanggan sebaiknya dikelola sedemikian rupa sehingga baik perusahaan maupun pemasoknya sama-sama memperoleh manfaat. Mengambil keuntungan dari kesempatan semacam itu dapat secara dramatis mengurangi biaya, meningkatkan nilai, atau keduanya.

  1. Hubungan dengan Pelanggan

Hubungan dengan pelanggan juga dapat menjadi sama pentingnya seperti hubungan dengan pemasok. Ada banyak contoh mengenai hubungan yang saling menguntungkan antara . perusahaan dengan pelanggannya.

  1. Hubungan Proses dengan Rantai Nilai dari Perusahaan.

Analisis rantai nilai secara eksplisit mengakui fakta bahwa aktivitas nilai individual dalam perusahaan tidaklah independen tetapi saling bergantung. Contoh. Di McDonald’s, penentuan waktu dari kampanye promosi secara signifikan mempengaruhi utilisasi kapasitas produksi (aktivitas nilai yang lain). Aktivitas yang berhubungan ini harus dikoordinasikan untuk merealisasikan dampak penuh dari promosi.

Suatu perusahaan mungkin ingin menganalisis hubungan proses di dalam rantai nilai, mencari cara untuk meningkatkan efisiensinya. Tujuan keseluruhan dari analisis ini adalah untuk memindahkan bahan baku pertama dari pemasok, melalui produksi, dan ke pelanggan dengan biaya rendah, waktu terpendek, dan kualitas yang dapat diterima.

Efisiensi dari bagian desain rantai nilai dapat ditingkatkan dengan mengurangi jumlah komponen terpisah dan meningkatkan kemudahan untuk memproduksinya.

Perhitungan biaya berdasarkan Aktivitas Meningkatnya komputerisasi dan otorisasi di pabrik-pabrik telah mengarah pada perubahan-perubahan penting dalam sistem untuk mengumpulkan dan menggunakan informasi biaya. Enam puluh tahun yang lalu, hampir semua perusahaan mengalokasikan biaya overhead ke produk melalui tarif overhead tingkat pabrik yang didasarkan pada jam atau dolar tenaga kerja langsung.

Dalam sistem yang lebih baru ini, kata aktivitas seringkali digunakan dibandingkan dengan kata pusat biaya, dan pemicu biaya lebih sering digunakan dibandingkan dengan kata dasar alokasi; dan sistem biaya ini disebut dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based cost-ABC).

8.     Proses Perencanaan Strategis

Dalam suatu perusahaan yang beroperasi sesuai dengan tahun kalender, proses perencanaan strategis dimulai pada musim semi dan diselesaikan pada musim gugur, tepat sebelum pembuatan anggaran tahunan. Proses tersebut melibatkan langkah-langkah berikut ini :

1. Meninjau dan memperbaharui rencana strategis dari tahun lalu

Selama satu tahun, keputusan yang mengubah rencana strategis dibuat; manajemen membuat keputusan kapan pun ada kebutuhan akan hal itu, dan bukan sebagai respons terhadap terhadap jadwal yang telah ditentukan. Secara konseptual, implikasi dari setiap keputusan untuk lima tahun ke depan sebaiknya dimasukkan dalam rencana strategis segera setelah keputusan tersebut dibuat. Jika tidak, rencana formal tersebut tidak lagi mencerminkan jalan yang direncanakan akan diikuti oleh perusahaan. Khususnya, rencana tersebut tidak mencerminkan dasar yang berlaku untuk menguji usulan strategi dan program yang merupakan salah-satu nilai utama rencana itu.

2. Memutuskan asumsi dan pedoman

Rencana strategis yang telah diperbaharui memasukkan asumsi-asumsi luas seperti pertumbuhan dalam Produk Domestik Bruto (PDB), pergerakan musiman, tarif upah, tenaga kerja, harga-harga dari bahan baku penting, tingkat bunga, harga jual, kondisi pasar seperti tindakan pesaing, dan dampak dari undang-undang pemerintah di setiap Negara di mana perusahaan beroperasi. Asumsi-asumsi ini diperiksa kembali dan jika diperlukan diubah untuk memasukkan informasi paling akhir.

3. Iterasi Pertama dari Rencana Strategis

Menggunakan asumsi, tujuan dan pedoman tersebut, unit bisnis dan unit operasi lainnya membuat rangcangan pertama dari rencana strategis, yang mungkin memasukkan rencana operasi yang berbeda dari yang dimasukkan dalam rencana sekarang, seperti perubahan dalam taktik pemasaran; dengan didukung alasan. Staf unit bisnis melakukan banyak pekerjaan analitis, tetapi manajer unit bisnis membuat keputusan akhir. Bergantung pada hubungan pribadi, karyawan unit bisnis dapat mencari saran dari staf kantor pusat dalam pengembangan rencana-rencana ini. Anggota dari staf kantor pusat sering kali mengunjungi unit bisnis selama proses ini dengan tujuan untuk mengklarifikasi pedoman, asumsi, dan instruksi, serta secara umum, untuk membantu dalam proses perencanaan

4. Analisis

Ketika kantor pusat menerima rencana unit bisnis, kantor pusat mengagregasikannya menjadi satu rencana strategis korporat secara keseluruhan, Staf perencanaan dan pemasaran, produksi dan eksektif fungsional lainnya di kantor pusat menganalisis rencana ini secara mendalam. Unit bisnis X merencanakan taktik pemasaran baru; apakah mungkin bagi bahwa penjualan yang dihasilkan akan sebesar seperti yang diindikasikan pada rencana tersebut?

5. Iterasi Kedua dari Rencana Strategis

Analisis dari penyerahan pertama mungkin memerlukan revisi rencana dari beberapa unit bisnis saja, tetapi dapat juga mengarah pada perubahan dalam asumsi dan pedoman yang mempengaruhi semua unit bisnis. Misalnya, agregasi dari semua rencana mungkin mengindikasikan bahwa penurunan kas akibat peningkatan persediaan dan pengeluaran modal lebih besar daripada yang dapat ditoleransi perusahaan dengan aman; jika demikian, mungkin ada kebutuhan untuk menunda pengeluaran di seluruh organisasi. Keputusan ini mengarah pada revisi dari rencana.

6. Tinjauan dan Persetujuan Akhir

Suatu pertemuan dengan pejabat-pejabat senior korporat umumnya mendiskusikan rencana yang direvisi secara panjang lebar. Rencana tersebut juga mungkin dipresentasikan pada suatu pertemuan dengan dewan direksi. CEO memberikan persetujuan akhir,. Persetujuan tersebut sebaiknya dilakukan sebelum awal dari proses pembuatan anggaran, karena rencana strategis merupakan input yang penting bagi prose situ.

Kinerja perusahaan

Pengukuran kinerja merupakan sesuatu yang kompleks dan merupakan tantangan besar bagi para peneliti  (Beal,2000) karena sebuah konstruk kinerja yang bersifat multidimensional dan oleh karena itu pengukuran kinerja dengan dimensi pengukuran tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang komprehensif (Bhargava et al,1994). Sehingga pengukuran kinerja hendaknya menggunakan atau mengintegrasikan pengukuran yang beragam (multiple measures) (Bhargava et al,1994; Venkatraman & Ramunajam,1986).    Beal (2000) mengemukakan bahwa belum ada konsensus tentang ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah penelitian dan ukuran-ukuran obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam banyak penelitian masih banyak kekurangan. Misalnya ukuran ROI (Return On Investment) mempunyai kelemahan, karena terdapat berbagai macam metode pengukuran depresiasi,  persediaan dan nilai  fixed cost  (Wright et al, 1995). Lebih jauh Sapienza et al (1988) mengemukakan bahwa ukuran kinerja organisasi berbasis akuntansi dan keuangan memiliki kekurangan selain disebabkan oleh bervariasinya metode akuntansi, juga disebabkan oleh adanya kecenderungan manipulasi angka dari pihak manajemen sehingga pengukuran menjadi tidak valid. Untuk menngantisipasi tidak tersedianya data-data kinerja obyektif dalam sebuah penelitian, maka dimungkinkan untuk menggunakan ukuran subyektif, yang mendasarkan pada persepsi manajer (Beal,2000). Zahra and Das (1993) membuktikan bahwa ukuran kinerja subyektif memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi.  Disamping itu penelitian Voss & Voss (2000) menunjukkan adanya korelasi yang erat antara ukuran kinerja subyektif dan ukuran kinerja obyektif.

Berdasar uraian diatas, kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan pengukuran subyektif yang mendasarkan pada persepsi staf dan manajer perusahaan atas berbagai dimensi pengukuran kinerja perusahaan. Dimensi pengukuran kinerja yang lazim digunakan dalam berbagai penelitian adalah pertumbuhan (growth), kemampulabaan (profitability) dan efisiensi (Murphy, et.al, 1996).

Barkham,et.al (19960 dalam Wicklund (1999) menegaskan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan indikator kinerja yang sangat lazim dan telah menjadi konsensus sebagai ukuran dimensi pertumbuhan terbaik. Lebih lanjut,

 Keunggulan bersaing

Konsep keunggulan bersaing perusahaan banyak dikembangkan dari strategi generik yang dikemukakan oleh Porter (1985). Hal-hal yang dapat mengindikasikan variabel keunggulan bersaing adalah imitabilitas, durabilitas, dan kemudahan menyamai. Keunggulan bersaing adalah jantung kinerja perusahaan dalam pasar bersaing. Keunggulan perusahaan pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para pembelinya.

Bila kemudian perusahaan mampu menciptakan keunggulan melalui salah satu dari ketiga strategi generik tersebut, maka akan didapatkan keunggulan bersaing (Aaker,1989) Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, keunggulan bersaing dipandang sebagai sesuatu yang dapat digunakan dalam atau sebagai strategi perusahaan. Keunggulan bersaing dapat dipahami dengan memandang perusahaan  sebagai keseluruhan, berasal dari banyak aktivitas yang berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung penjualan (Porter,1999). Sehingga keunggulan bersaing adalah suatu posisi yang masih dikerjakan organisasi sebagai upaya mengalahkan pesaing.

Pendekatan  resources based (RB) memandang aktivitas ekonomi atau bisnis dari sisi pemanfaatan sumber daya dan kapabilitasnya, bukan menurut pasar yang dilayani. Pemanfaatan sumber daya dan kapabilitas ini dalam rangka membangun daya saing yang diarahkan kepada usaha-usaha menangkap berbagai peluang mengatasi berbagai ancaman dalam persaingan, sehingga dari kondisi ini dibangun strategi untuk menghambat para pesaing berupa kesulitan untuk ditiru (barriers to imitation) (Syafar,2004:10). 

D’Aveni (1994) dalam (Syafar,2004:10) menyatakan keunggulan pada dasarnya dinamis, dan tidak bisa dipertahankan. Persaingan hari ini dan masa mendatang harus dipandang sebagai persaingan dengan dinamika tinggi bukan suatu yang statis sehingga kita perlu  melalui hal tersebut dengan beberapa pemikiran strategi. 

BAB III

PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah

Mengingat perkembangan bisnis yang berubah dengan cepat dan perencanaan strategis perusahaan yang memberikan perhatian besar dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang akan terjadi di masa depan maka penerapan sistem perencanaan strategis di lingkungan perusahaan merupakan kebutuhan yang mendesak (Rahardjo,1998). Dari uraian tersebut menunjukkan perumusan masalah yaitu ”Bagaimana menciptakan keunggulan bersaing, maka masalah yang timbul dari bahasan ini :

 

1.    Apa sajakah factor- factor yang mempengaruhi perencanaan startegis untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam perusahaan ?

2.    Bagaimana menciptakan keunggulan bersaing ?

3.    Apakah perencanaan strategic berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam upaya menciptakan keunggulan bersaing ?

 Analisis atau evaluasi

1.     Faktor- factor yang mempengaruhi perencanaan strategis untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam perusahaan :

1. Faktor Manajerial

            Kompetensi dalam perencanaan strategi dapat menentukan derajat dimana perusahaan menjadi terkait dengan  perencanaan strategis. Proses perencanaan strategis bergantung pada sumber-sumber manajerial tertentu. Faktor personalitas manajerial yang berpengaruh pada perencanaan strategis dan keyakinan terhadap adanya hubungan antara perencanaan – kinerja ( Hopkins and Hopkins,1997). 

Henry (1980) dalam (Hopkins and Hopkins,1997) menduga bahwa keterlibatan manajemen dalam perencanaan strategi adalah karena pemahaman untuk menyakinkan bahwa proses perencanaan strategi dilaksanakan secara  kompehensif, sangat sedikit atau tidak ada perhatian tergantung apakah manajemen memiliki keahlian untuk menjalankan proses.

Eastlack & McDonald (1970) menemukan bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik pada perusahaan yang melibatkan proses perencanaan strategi. Penemuan tersebut menunjukkan terdapat keyakinan pada para manajer bahwa perencanaan strategis dapat memberikan kemanfaatan terhadap perusahaan yang dipimpinnya ( Hopkins and Hopkins,1997).

Keahlian dalam perencanaan strategi ini termasuk didalamnya adalah pengetahuan dan keahlian untuk penerapan perencanaan strategis. Pada penelitian yang terdahulu ditemukan bahwa kompetensi dalam perencanaan strategis dapat menentukan derajat perusahaan untuk menerapkan perencanaan strategis ( Higgins dan Vince,1993).

2.  Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sangat berperan terhadap kondisi usaha, karena faktor  lingkungan ini sangat menentukan strategi yang akan dijalankan (Covin and Covin,1990; Miller and Friesen,1982). Pearce dan Robinson (1997) menyatakan bahwa perumusan strategi memedomani eksekutif dalam menetapkan kebijakan organisasi untuk mencapai tujuan akhir serta cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Perumusan strategi yang efektif dan efisien adalah perumusan yang memadukan perspektif yang berorientasi kedepan dengan lingkungan internal dan lingkungan eksternal organisasi.

Lingkungan eksternal diketahui mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial, proses dan struktur organisasi (Keats & Hitt,1988), maka lingkungan eksternal penting untuk selalu dipantau dan dianalisis. Pengamatan lingkungan merupakan suatu proses penting dalam   manajemen yang strategis, sebab pengamatan adalah mata rantai yang pertama dalam rantai tindakan dan persepsi yang memungkinkan suatu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Hambrick, 1982 dalam Abdalla dan Sammy,1995)

Dalam beberapa literatur dikenal beragam dimensi lingkungan, pada lingkungan eksternal dikonseptualisasikan sebagai konstuk yang bersifat multi dimensi (Tan & Lischert,1994; Van Egeren dan O’Connor,1998 dalam tesis Nomastuti Junita Dewi,2005) terdapat dimensi-dimensi lingkungan eksternal yang masuk dalam literatur-literatur manajemen strategi dan teori organisasi terdiri dari 3 dimensi yaitu : (a) Dukungan lingkungan (environmental munifence)  adalah  sejauh mana sumber daya yang diberikan lingkungan dapat mendukung pertumbuhan & stabilitas yang diperlukan oleh organisasi. (b) Dinamika lingkungan (environmental dynamism) adalah tingkat perubahan yang tidak dapat diprediksi dan sulit direncanakan sebelumnya dalam elemen-elemen lingkungan, misal sektor pelanggan, pesaing, pemerintah dan teknologi. (c) Kompleksitas lingkungan (environmental complexity) adalah heterogenitas dari rangkaian aktivitas-aktivitas lingkungan. Penilaian lingkungan dianggap sebagai aktivitas pendahuluan bagi formulasi tujuan-tujuan tertentu.Bagian dari aktifitas ini mempunyai landasan dari literatur normatif pada formulasi strategi. 

3.            Faktor Kultur Organisasi

Sebuah paper menyatakan bahwa sebuah kultur/budaya perusahaan dapat menjadi alat praktis manajemen dan mampu mendukung perubahan proses manajemen  dalam memanaje perubahan strategi. Bagi sebagian orang berpendapat bahwa budaya perusahaan sama antara satu dengan yang lain, tapi perlu diketahui bahwa budaya perusahaan secara akademik dapat digunakan sebagai jembatan antara analisis level mikro dan makro. Penghubung antara perilaku organisasi pada level operasional dalam perusahaan dan manajemen stratejik. Bagi para praktisi, budaya merupakan pilihan seseorang dalam memahami dunia organisasi mereka dengan mempelajari pengalaman mereka  sehari-hari dalam organisasi dengan perubahan secara nyata dalam dunia bisnis (Wilkins,1993).

Budaya perusahaan mencakup mengenai nilai, aturan, kepercayaan didalamnya yang membentuk perilaku, sikap yang menguntungkan (Schein,1992) sehingga budaya perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan karir seseorang dan komitmen organisasi. Karena ada persamaan mengenai tipologi dan dimensi dari budaya organisasi. Menurut (Chen,2004) budaya perusahaan memberikan efek signifikan terhadap tanggung jawab dan komitmen karyawan pada organisasi mereka. Sikap dan perilaku langsung dari pimpinan akan mempengaruhi tanggung jawab dan komitmen karyawan serta perilaku mereka dalam berinteraksi untuk menciptakan budaya perusahaan. 

Sebuah survey ditemukan mengenai hal yang mempengaruhi perilaku diindikasikan bahwa responden percaya bahwa budaya perusahaan merupakan faktor penting dalam kunci keberhasilan dalam kapabilitas ini (Anonymous,1998) memberikan pentingnya budaya perusahaan dan dampaknya pada perubahan organisasi. 

Merujuk pada (Modway et.al,1979) komitmen organisasi terdiri dari tiga faktor yaitu kepercayaan yang kuat dan penerimaan dalam tujuan dan nilai perusahaan, kemauan yang keras dalam memperhatikan hasil tidak setengah-tengah pada perusahaan, keinginan yang kuat dalam mengatur keanggotaan dalam organisasi. Kepuasan kerja mempengaruhi dalam tugas khusus pada lingkungan dimana karyawan bekerja (Modway,Porter & Steers,1982), kepuasan  dapat  dilihat secara instrinsik, ekstrinsik dan kepuasan total (Weiss,Dawis, England & Lofquist,1967).  Harris dan Mossholder (1996) menggarisbawahi bahwa budaya perusahaan merupakan dasar dari seluruh faktor manajemen sumber daya manusia. Ini juga mempengaruhi perilaku yang merujuk pada hasil yaitu, komitmen, motivasi, moral dan kepuasan.

        Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain.

Konsep keunggulan bersaing perusahaan banyak dikembangkan dari strategi generik yang dikemukakan oleh Porter (1985). Hal-hal yang dapat mengindikasikan variabel keunggulan bersaing adalah imitabilitas, durabilitas, dan kemudahan menyamai. Keunggulan bersaing adalah jantung kinerja perusahaan dalam pasar bersaing. Keunggulan perusahaan pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat diciptakan perusahaan bagi para pembelinya.

 Bila kemudian perusahaan mampu menciptakan keunggulan melalui salah satu dari ketiga strategi generik tersebut, maka akan didapatkan keunggulan bersaing (Aaker,1989) Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, keunggulan bersaing dipandang sebagai sesuatu yang dapat digunakan dalam atau sebagai strategi perusahaan. Keunggulan bersaing dapat dipahami dengan memandang perusahaan sebagai keseluruhan, berasal dari banyak aktivitas yang berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung penjualan (Porter,1999). Sehingga keunggulan bersaing adalah suatu posisi yang masih dikerjakan organisasi sebagai upaya mengalahkan pesaing.

Pendekatan  resources based (RB) memandang aktivitas ekonomi atau bisnis dari sisi pemanfaatan sumber daya dan kapabilitasnya, bukan menurut pasar yang dilayani. Pemanfaatan sumber daya dan kapabilitas ini dalam rangka membangun daya saing yang diarahkan kepada usaha-usaha menangkap berbagai peluang mengatasi berbagai ancaman dalam persaingan, sehingga dari kondisi ini dibangun strategi untuk menghambat para pesaing berupa kesulitan untuk ditiru (barriers to imitation) (Syafar,2004:10). 

D’Aveni (1994) dalam (Syafar,2004:10) menyatakan keunggulan pada dasarnya dinamis, dan tidak bisa dipertahankan. Persaingan hari ini dan masa mendatang harus dipandang sebagai persaingan dengan dinamika tinggi bukan suatu yang statis sehingga kita perlu  melalui hal tersebut dengan beberapa pemikiran strategi. 

Keunggulan bersaing juga dapat diciptakan dengan cara :

Tahapan Model I/O

1.    Pelajari lingkungan eksternal

2.    Pilih industri yang menarik

3.    Formulasikan strategi

4.    Kembangkan dan peroleh aset yang diperlukan

5.    Implementasi strategi

6.    Gunakan kekuatan perusahaan untuk mengimplementasikan strategi

7.    Berusaha mencapai kinerja di atas rata-rata industri

Tahapan Model Resource-Based

1.    Mengidentifikasi sumber daya perusahaan

2.    Tentukan kapabilitas perusahaan

3.    Tentukan bagaimana sumber daya dan kapabilitas perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif

4.    Lokasikan suatu industri dengan peluang yang dapat dieksploitasi

5.    Pilih strategi terbaik untuk mengeksploitasi sumber daya dan kapabilitas dalam lingkungan industri

6.    Mengimplementasikan strategi yang dipilih agar mengungguli pesaing dan memperoleh penghasilan di atas rata-rata industri

Model Gerilya

1.    Berbagai macam gangguan yang signifikan dan tidak diperkirakan sebelumnya dapat menghambat perusahaan dalam mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

2.    Sebuah organisasi yang berhasil harus pandai dalam menyesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi

3. Perencanaan strategic berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam upaya menciptakan keunggulan bersaing.

Tujuan dari strategi kompetitif adalah pencapaian keunggulan bersaing yang berkelanjutan dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Keunggulan kompetitif dapat dicapai dari mengimplementasikan penciptaan strategi niali tidak secara simultan namun melalui kondisi pesaing yang potensial (Barney,McWilliam and Turk 1989;Barney,1991). 

Keunggulan yang berkelanjutan dicapai  ketika keunggulan tersebut dapat bertahan dari erosi atau perilaku pesaing.(Porter,1985:pp.20) dengan kata lain keterampilan dan sumberdaya yang mendasari dari keunggulan kompetitif bisnis harus mampu bertahan dari duplikasi perusahaan lain (Barney,1991).  Menurut Barney, terdapat 4 (empat) esensi persyaratan dari sumber daya dan keterampilan agar dapat dikatakan sebagai sumberdaya dari keunggulan bersaing adalah : haruslah bernilai, jarang atau unik dari perusahaan lainnya, bentuknya untuk dapat dilakukan peniruan sangatlah sulit karena produk/jasa tersebut sempurna serta tidak mudah untuk dapat digantikan dengan sumberdaya yang lainnya (Barney 1991; Coyne,1985).

Berkaitan antara pengaruh kinerja perusahaan terhadap keunggulan bersaing dapat  tercapai ketika kemampuan manajemen dan menggunakan kreasi dan mengimplentasikan strategi agar tahan pada keunggulan yang banyak terjadi peniruan, mampu menciptakan faktor hambatan dalam jangka waktu yang lama (Bharawaj, Varadarajan dan Fahy,1993; Grant,1995; Mahoney dan Pandian,1992; Rumelt,1984).

BAB IV

KESIMPULAN

Keunggulan bersaing akan tercipta bila kinerja perusahaan baik dimana kinerja perusahaan ini dipengaruhi oleh perencanaan stratejik. Semakin baik perencanaan stratejik suatu perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya dapat menciptakan keunggulan bersaing. Sedangkan perencanaan stratejik dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 

1.    Faktor Manajerial

Faktor manajerial mempunyai tiga indikator yang signifikan dalam mempengaruhi perencanaan stratejik yaitu: keahlian manajerial, keyakinan manajerial dan profesionalitas staff. Ketiga indikator dari faktor manajerial bila diurutkan berdasarkan kuat pengaruhnya adalah sebagai berikut keyakinan manajerial, keahlian manajerial dan profesionalitas staff. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan stratejik. 

2.    Faktor lingkungan

Faktor lingkungan mempunyai tiga indikator yang signifikan dalam mempengaruhi perencanaan stratejik yaitu : kompleksitas lingkungan (environmental complexity), perubahan lingkungan (environmental dynamism) dan, dukungan lingkungan  (environmental munifence). Dari ketiga indikator dari faktor lingkungan bila diurutkan berdasarkan kuat pengaruhnya adalah sebagai berikut kompleksitas lingkungan, perubahan lingkungan dan dukungan lingkungan.

3.     Kultur Organisasi

Kultur organiasi mempunyai tiga indikator yang signifikan dalam mempengaruhi perencanaan stratejik yaitu : Keterlibatan, Konsistensi, dan komitmen organisasi. Dari ketiga indikator dari faktor lingkungan bila diurutkan berdasarkan kuat pengaruhnya adalah sebagai berikut konsistensi, keterlibatan dan komitmen organisasi.

Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain. Keunggulan bersaing dapat diciptakan dengan cara :

  Tahapan Model I/O

  Tahapan Model Resource-Based

  Model Gerilya

Berkaitan antara pengaruh kinerja perusahaan terhadap keunggulan bersaing dapat  tercapai ketika kemampuan manajemen dan menggunakan kreasi dan mengimplentasikan strategi agar tahan pada keunggulan yang banyak terjadi peniruan, mampu menciptakan faktor hambatan dalam jangka waktu yang lama.

DAFTAR PUSTAKA

http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/07/03/tugas-eksekutif-dan-pebisnis-378136.html

http://deriaprianto74.blogspot.com/2012/11/pengaruh-perencanaan-strategis-terhadap.html

 

 

 

 

 

 

0

PERANAN MANAJER DALAM PENGELOLAAN MENEJEMEN INFORMASI DI PERUSAHAAN

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dalam rangka memenuhi tugas softskill dalam mata kuliah Sistem Informasi Menejemen yang diberi judul “  PERANAN MANAJER DALAM PENGELOLAAN MENEJEMEN INFORMASI DI PERUSAHAAN”.

Makalah ini mencoba membahas secara singkat tentang peranan menejemen, yang pada saat ini perlu diketahui oleh para pelaku bisnis maupun bagi mereka yang ingin terlibat di dalamnya. Bermula dari penggunaan berbagai peranan menejemen dalam dunia bisnis yang sangat berpengaruh terhadap perusahaan. Penulisan makalah ini tentu tidak akan terselesaikan jika tanpa ada yang membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan saran-saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah atau karya tulis penulis selanjutnya.

Akhirnya, penulis berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua, khusus bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Amin.

                                                                                                                                                                   Bogor,18 Oktober 2013

                                                                                                                                                                               Penulis

DAFTAR ISI                                                                                                             

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN– 4

A.   Latar Belakang- 4

B.     Rumusan Masalah- 4

C.    Tujuan Makalah- 5

D.    Kegunaan Makalah- 5

BAB II PEMBAHASAN– 6

A.    Pengertian- 6

B.    Tingkatan manajer- 6

C.    Etika Manajerial- 7

D.    Konflik Organisasi 7

E.     Faktor Penyebab Konflik- 8

F.     Penyebab Konflik- 9

G.     Pengelolaan Konflik- 10

H.    Teknik Untuk Mengelola Konflik- 10

I.       Strategi Menyiasati Konflik- 11

J.      Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik- 12

K.     Peran Manajer Dalam Manajemen Konflik- 12

L.      Pandangan Manajer Mengenai Konflik- 14

M.    Peran Manajer- 15

N.     Peranan Manajer dalam Pengelolaan Manajemen Informasi 16

O.     Keahlian Manajemen- 17

P.      Keahlian Pemecahan Masalah- 17

Q.     Keterampilan Lain Yang Dibutuhkan Oleh Manajer- 17

R.      PengetahuanManajemen- 19

S.       Sistem Perusahaan- 19

T.      Kegunaan Pengendalian Interen- 20

BAB III KESIMPULAN– 21

DAFTAR PUSTAKA– 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

            Perkembangan dunia bisnis beberapa tahun ini sangatlah cepat dan membuat pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus bekerja keras agar keberadaanya tetap diakui oleh pelanggan mereka. Begitu pun dengan peranan manajer dalam perusahaan. Manajer adalah seseorang yang sangat penting dalam suatu perusahaan karena manajer orang yang mengatur segala sesuatu di dalam perusahaan baikdalam pekerjaan maupun karyawan tanpa manajer perusahaan tidak akan bisa bergerak maka di sini peranaan manajer dalam pengelolaan informasi sangatlah perlu.

Berdasarkan uaraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa peranan manajer bagi perusahaan atau organisasi dipandang sangat urgent atau penting. Karena melihat peran dan manfaatnya bagi keberlangsungan dan keberhasilan perusahaan/organisasi yang harus menyesuaian dengan lingkungan yang penuh perkembangan dan perubahan serta kian pesatnya baik informasi maupun teknologi.

Maka, penulis tertarik untuk menulis makalah yang membahas mengenai perana manajer dalam pengelolaan manajemen informasi di perusahaan . Sehingga, makalah ini penulis beri judul “PERANAN MANAJER DALAM PENGELOLAAN MANAJEMEN INFORMASI DI PERUSAHAAN”.

B.     Rumusan Masalah

   Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Apakah yang dimaksud dengan  manajer?
  2. Apa yang di maksud etika manejerial ?
  3. Jelaskan Peranan manajer dalam pengelolaan konflik dalam organisasi?
  4. Jelaskan Peranan manajer dalam pengelolaan manajemen informasi di perusahaan?

C.    Tujuan Makalah

      Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui

  1. Pengertian manajer
  2. Penjelasan tentang tingkatan manajer
  3. Pengertian etika manajerial
  4. Penjelasan tentang peranan manajer dalam pengelolaan konflik dalam organisasi
  5. Penjelasan tentang peranan manajer dalam pengelolaan manajemen informasi di perusahaan

D.    Kegunaan Makalah

Penulisan makalah ini disusun dengan harapan penambahan wawasan dan pengetahuan keilmuan mengenai peranan manajer . Serta dari sudut implementasi, makalah ini dapat berguna bagi para pelaku bisnis atau yang terlibat didalamnya dalam pengelolaan informasi di perusahaan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.                Pengertian

            Manajer adalah seorang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian pada suatu perusahaan atau organisasi. Manajer memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa. Pada perusahaan yang berskala kecil mungkin cukup diperlukan satu orang manajer umum, sedangkan pada perusahaan atau organisasi yang berkaliber besar biasanya memiliki beberapa orang manajer umum yang bertanggung-jawab pada area tugas yang berbeda-beda.

B.                 Tingkatan manajer

      Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:

  1. Manejemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
  2. Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
  3. Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.

C.  Etika Manajerial

Etika manajerial adalah standar prilaku yang memandu manajer dalam pekerjaan mereka. Ada tiga kategori klasifikasi menurut Ricky W. Griffin:

  1. Perilaku terhadap      karyawan
  2. Perilaku terhadap      organisasi
  3. Perilaku terhadap      agen ekonomi lainnya

D.   Konflik Organisasi

Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik, yaitu:

  1. Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
  2. Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
  3. Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
  4. Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.

E.   Faktor Penyebab Konflik

  1. Perbedaan      individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.  Setiap manusia adalah individu yang unik.      Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda      satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal      atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik      sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu      sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di      lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda.      Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa      terhibur.
  2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh      dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan      menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
  3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok. Manusia      memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan,      masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda.      Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan      yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam      hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian      dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang.      Parapetani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi      mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para      pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna      mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,      hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini      jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan      mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan      kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politikekonomisosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara      kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan      pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya.      Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati      sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
  4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Perubahan  adalah sesuatu yang lazim dan wajar      terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak,      perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada      masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak      akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat      tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi      nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan      berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut      jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan      struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan      nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah      menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat      dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses      sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua      bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat      yang telah ada.

F.   Penyebab Konflik

Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab, antara lain sebagai berikut:

1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas

2. Hambatan komunikasi

3. Tekanan waktu

4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal

5. Pertikaian antar pribadi

6. Perbedaan status

7. Harapan yang tidak terwujud

G. Pengelolaan Konflik

Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan :

  • Disiplin : Mempertahankan disiplin dapat      digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus      mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi.      Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
  • Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan : Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai      tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya : perawat      junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan      kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang      berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
  • Komunikasi : Suatu Komunikasi yang baik      akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang      dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan      komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat      dijadikan sebagai satu cara hidup.
  • Mendengarkan secara aktif :      Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik.      Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki      pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan para      pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

H.  Teknik Untuk Mengelola Konflik

Ada beberapa pendekatan dalam resolusi konflik yaitu tergantung pada :

1. Konflik itu sendiri

2. Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya

3. Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik

4. Pentingnya isu yang menimbulkan konflik

5. Ketersediaan waktu dan tenaga

I.  Strategi Menyiasati Konflik

a)      Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”

b)      Mengakomodasi

Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.

c)      Kompetisi

Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

d)     Kompromi atau Negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

e)      Memecahkan Masalah atau Kolaborasi

  1.         i.      Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
  2.       ii.      Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.

J. Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik

1. Diawali melalui penilaian diri sendiri

2. Analisa isu-isu seputar konflik

3. Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri sendiri.

4. Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang terlibat konflik

5. Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat

6. Mengembangkan dan menguraikan solusi

7. Memilih solusi dan melakukan tindakan

8. Merencanakan pelaksanaannya

K.  Peran Manajer Dalam Manajemen Konflik

Dalam upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, hal ini disebabkan karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Perubahan institusional yang terjadi, baik direncanakan atau tidak, tidak hanya berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat.

Untuk itulah diperlukan upaya untuk mengelola konflik secara serius agar keberlangsungan suatu organisasi tidak terganggu. Stoner mengemukakan tiga cara dalam pengelolaan konflik, yaitu:

  1. Merangsang konflik di dalam unit atau organisasi yang prestasi kerjanya rendah karena tingkat konflik yang terlalu kecil. Termasuk dalam cara ini adalah:
    1. minta bantuan orang luar
    2. menyimpang dari peraturan (going against the book)
    3. menata kembali struktur organisasi
    4. menggalakkan kompetisi
    5. memilih manajer yang cocok

b. Meredakan atau menumpas konflik jika tingkatnya terlalu tinggi atau kontra-produktif

c. Menyelesaikan konflik metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:

Dominasi dan penguasaan, hal ini dilakukan dengan cara paksaan, perlunakan, penghindaran, dan penentuan melalui suara terbanyak, kompromi dan pemecahan masalah secara menyeluruh. Konflik yang sudah terjadi juga bisa diselesaikan lewat perundingan. Cara ini dilakukan dengan melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk menemukan suatu penyelesaian maksimum yang menguntungkan kedua belah pihak. Melalui perundingan, kepentingan bersama dipenuhi dan ditentukan penyelesaian yang paling memuaskan. Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara :

  • pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu pengertian
  • keterbukaan, pihak-pihak yang terlibat bisa jadi tidak terbuka apalagi jika konflik terjadi dalam hal-hal sensitif dan dalam suasana yang emosional
  • belajar empati, yaitu dengan melihat kondisi dan kecemasan orang lain sehingga didapatkan pengertian baru mengenai orang lain
  • mencari tema bersama, pihak-pihak yang terlibat dapat dibantu dengan cara mencari tujuan-tujuan bersama
  • Menghasilkan alternatif, hal ini dilakukan dengan jalan mencari alternatif untuk menyelesaikan persoalan yang diperselisihkan.
  • Menanggapi berbagai alternatif, setelah ditemukan alternatif-alternatif penyelesaian hendaknya pihak-pihak yang terlibat dalam konflik mempelajari dan memberikan tanggapan
  • Mencari penyelesaian, sejumlah alternatif yang sudah dipelajari secara mendalam dapat diperoleh suatu konsensus untuk menetapkan suatu penyelesaian
  • Membuka jalan buntu, kadangkala ditemukan jalan buntu sehingga pihak ketiga yang obyektif dan berpengalaman dapat diikutsertakan untuk menyelesaikan masalah
  • Mengikat diri kepada penyelesaian di dalam kelompok, setelah dihasilkan penyelesaian yang disepakati, pihak-pihak yang terlibat dapat memperdebatkan dan mempertimbangkan penyelesaian dan mengikatkan diri pada penyelesaian itu
  • Mengikat seluruh kelompok, tahap terakhir dari langkah penyelesaian konflik adalah dengan penerimaan atas suatu penyelesaian dari pihak-pihak yang terlibat konflik.
    Model penanganan konflik yang lain juga disampaikan oleh Sondang, yaitu dengan cara tidak menghilangkan konflik, namun dikelola dengan cara bersaing, kolaborasi, mengelak,  akomodatif, kompromi

L.  Pandangan Manajer Mengenai Konflik

Terdapat tiga pandangan mengenai konflik. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan yang berbeda mengenai apakah konflik merugikan, hal yang wajar atau justru harus diciptakan untuk memberikan stimulus bagi pihak-pihak yang terlibat untuk saling berkompetisi dan menemukan solusi yang terbaik. Pandangan itu adalah sebagai berikut :

Pandangan Tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.

Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View). Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan konflik harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.

Pandangan Interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.

M.  Peran Manajer

Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:

  • Peran antar pribadi      merupakan peran yang      melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan      simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah,      pemimpin, dan penghubung.
  • Peran informasional meliputi peran manajer sebagai pemantau dan      penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
  • Peran pengambilan keputusan, yang      termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan,      pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.
  1. Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

  1. Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

N.  Peranan Manajer dalam Pengelolaan Manajemen Informasi

            Semua manajer melaksanakan fungsi-fungsi yang sama dan memainkan peran yang sama. Adapun fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan oleh Henry Fayoll yang merupakan seorang ahli teori manajemen perancis antara lain:

  1. Perencanaan (Planning) yaitu bagian-bagian yang akan membuat suatu rencana yang akan dilakukan.
  2. Penataan atau pengorganisasian (Organizing) adalah bagian pelaksana untuk mencapai rencana tersebut.
  3. Penyusunan Staf (Staffing) yaitu organisasi dengan sumber daya yang diperlukan.
  4. Pengarahan (Directing) yaitu bagian yang mengarahkan untuk melakukan rencana tersebut.
  5. Pengawasan (Controlling) yaitu bagian yang mengawasi, mengendalikan, dan menjaga agar organisasi beroperasi secara optimal.

Semua manajer, apapun tingkatan atau bidang fungsionalnya melaksanakan fungsi-fungsi atau tugas-tugas tersebut, walau mungkin dengan penekanan yang berlainan. Dalam pengelolaan manajemen informasi pada perusahaan , manajer sangatlah berperan penting, sehingga untuk mendukung hal tersebut manajer harus memiliki beberapa keahlian dan pengetahuan manajemen.

O.   Keahlian Manajemen

Tidak semua orang bisa menjadi seorang manajer. Beberapa keterampilan, atau kemampuan untuk menerjemahkan pengetahuan ke dalam tindakan yang menghasilkan kinerja yang diinginkan, diperlukan untuk membantu karyawan lain menjadi lebih produktif. Seorang manajer yang berhasil banyak memiliki keahlian, tetapi ada dua yang mendasar yaitu komunikasi dan pemecahan masalah.

P.   Keahlian Pemecahan Masalah

             Pemecahan masalah (Problem Solving) sebagai semua kegiatan yang mengarah pada solusi suatu permasalah. Masalah dianggap sebagai sesuatu yang buruk , karena sedikit yang menganggap masalah sebagai sesuatu untuk meraih kesempatan.

Masalah secara negatif sebagai suatu kondisi atau kejadian yang berbahaya atau mungkin membahayakan suatu perusahaan , atau secara positif sebagai sesuatu yang menguntungkan atau mungkin menguntungkan . Hasil dari aktifitas pemecahan masalah adalah solusi. Selama pemecahan masalah, manajer terlibat dalam pengambilan keputusan (Decision Making), yaitu tindakan memilih dari beberapa alternatif tindakan. Keputusan (Decision) adalah suatu tindakan tertentu yang telah dipilih.

Q.  Keterampilan Lain Yang Dibutuhkan Oleh Manajer

  1.  Teknis

                  Skill ini membutuhkan kemampuan untuk menggunakan kemampuan khusus atau keahlian untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Akuntan, insinyur, peneliti pasar, dan ilmuwan komputer, sebagai contoh, memiliki keterampilan teknis. Manajer memperoleh keterampilan ini awalnya melalui pendidikan formal dan kemudian mengembangkan mereka melalui pelatihan dan pengalaman kerja. Keterampilan teknis yang paling penting di tingkat bawah manajemen. 

    2. Manusia

                  Keterampilan ini menunjukkan kemampuan untuk bekerja dengan baik dalam kerjasama dengan orang lain. Keterampilan manusia muncul di tempat kerja sebagai semangat kepercayaan, semangat, dan keterlibatan tulus dalam hubungan interpersonal. Seorang manajer dengan keterampilan manusia yang baik memiliki tingkat tinggi kesadaran diri dan kemampuan untuk memahami atau berempati dengan perasaan orang lain. Beberapa manajer secara alami lahir dengan keterampilan manusia yang besar, sementara yang lain meningkatkan keterampilan mereka melalui kelas atau pengalaman. Tidak peduli seberapa keterampilan manusia yang diperoleh, mereka penting bagi semua manajer karena sifat yang sangat interpersonal pekerjaan manajerial.

  3. Konseptual

                  Keterampilan ini panggilan untuk kemampuan untuk berpikir analitis. Keterampilan analitis memungkinkan para manajer untuk memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, untuk melihat hubungan antara bagian-bagian, dan untuk mengenali implikasi dari masalah satu untuk orang lain. Sebagai manajer memikul tanggung jawab yang semakin tinggi dalam organisasi, mereka harus berurusan dengan masalah ambigu lebih yang memiliki konsekuensi jangka panjang. Sekali lagi, manajer dapat memperoleh keterampilan ini awalnya melalui pendidikan formal dan kemudian mengembangkan mereka dengan pelatihan dan pengalaman kerja. Semakin tinggi tingkat manajemen, keterampilan konseptual menjadi lebih penting.

  1.   Kepemimpinan : kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan tugas.
  2.  Self-objektivitas : kemampuan untuk mengevaluasi diri sendiri secara realistis.
  3.  Analytic berpikir : kemampuan untuk menafsirkan dan menjelaskan pola dalam informasi.
  4. Perilaku fleksibilitas : kemampuan untuk memodifikasi perilaku pribadi untuk bereaksi obyektif ketimbang subyektif untuk mencapai tujuan organisasi.
  5.  Oral komunikasi : Kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide secara jelas dalam kata kata.
  6.  Ditulis komunikasi : Kemampuan untuk mengekspresikan ide-ide jelas secara tertuli.
  7. Dampak pribadi : Kemampuan untuk menciptakan kesan yang baik dan menanamkan kepercayaan.

R.      PengetahuanManajemen
            Ada dua jenis pengetahuan manajer yang merupakan kunci di dalam manajemen informasi menggunakan komputer yaitu : Mengerti komputer dan mengerti informasi. Mengerti komputer yaitu pengetahuan mengenai komputer yang mencakup pengertian mengenai istilah-istilah komputer, pemahaman mengenai keunggulan dan kelemahan komputer, serta kemampuan menggunakan komputer dsb. Mengerti informasi yaitu pengetahuan yang meliputi bagaimana menggunakan informasi pada tiap tahap dari prosedur pemecahan masalah, di mana informasi diolah, dan bagaimana membagikan informasi dengan orang lain.

S.         Sistem Perusahaan

 Tanggung jawab utama manajer adalah memastikan bahwa perusahaan mencapai tujuannya. Berbagai usaha diarahkan untuk membuat berbagai bagian perusahaan bekerja sama seperti seharusnya. Manajer adalah elemen pengendali dalam sistem, yang bertugas menjaga sistem agar tetap berjalan dan bergerak menuju tujuannya.

Sistem perusahaan berada dalam satu atau lebih sistem lingkungan yang lebih besar, dan sistem perusahaan juga terdiri dari sistem yang lebih kecil atau sub sistem . Walaupun setiap subsistem memiliki tujuan masing-masing, tetapi tujuan-tujuan subsistemnya mendukung dan memberi kontribusi pada tujuan keseluruhan.

Sistem perusahaan merupakan sistem Lingkaran tertutup karena memiliki 3 elemen kontrol dan juga merupakan sistem terbuka karena dihubungkan dengan lingkungannya melalui arus sumber daya.

T. Kegunaan Pengendalian Interen

1. Mencegah manajer tersesat dalam kompleksitas struktur organisasi dan rincian pekerjaan.

2. Menyadari perlunya memiliki tujuan-tujuan yang baik

3. Menekankan pentingnya kerja sama semua bagian dalam organisasi

4. Mengakui keterkaitan organisasi dengan lingkungannya.

5. Memberikan penilaian yang tinggi pada informasi umpan balik yang hanya dapat dicapai dengan cara sistem lingkaran tertutup.

BAB III

KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran manajer dalam mengelola konflik dalam suatu organisasi itu sangan penting diantaranya:

1.   Manajer sebagai mediator dalam memecahkan masalah

2.   Manajer sebagai konsultan terhadap bawahan

3.    Manajer sebagai motivator terhadap organisasinya

4.    Manajer mempunyai peran penting dalam pengambil keputusan

5.   Seorang manajer diharuskan bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.

Selain itu seorang manajer juga diharapkan bisa menjadi teman sekaligus sebagai orang tua dalam organisasi sehingga dengan keadaan seperti itu perkembangan organisasi bisa diciptakan dengan baik dan dapat mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi dalam organisasinya.

DAFTAR PUSTAKA 

Mulyadi . (2010) : Sistem Informasi Manajemen. Jakarta

http://iyapjangkrik.blogspot.com/2010/10/peranan-manajer-dalam-pengelolaan.html

http://aristiaekaputri.blogspot.com/2012/12/12-peranan-manajer-dalam-pengelolaan.html